Hati - hati dalam memilih obat, terlebih jika pembeliannya dilakukan via internet. Setidaknya pelajaran itulah yang bisa diambil dari peristiwa meninggalnya seorang staf paramedis yang bekerja di London Ambulance Service bernama Lorna Lambden (27). Ia ditemukan tewas setelah menenggak obat tidur yang dibelinya lewat internet.
William McDonald, pacarnya yang seorang polisi, pertama kali menemukan jasad Lorna di rumah pribadinya di Harpedenden dengan kondisi televisi yang masih menyala.
Di tempat kejadian, ia menemukan beberapa pack Amitriptyline. Tes toksikologi menunjukan bahwa Lorna mengalami keracunan fatal.
Ia diduga kuat meminum 4 hingga 5 tablet Amitriptyline yang ia beli lewat sebuah website. Obat tersebut merupakan anti - depressant yang dalam dosis rendah kerap digunakan sebagai obat tidur. Namun jika dikonsumsi secara berlebihan, obat tersebut bisa mengakibatkan berhentinya jantung secara mendadak.
Edward Thomas, ahli bedah koroner membenarkan bahwa obat tersebut bisa menghentikan detak jantung. "Inilah yang dialami Lorna, sepertinya ia tak mengetahui bahwa hal ini bisa terjadi," paparnya.
Setelah dilakukan penyelidikan lebih lanjut, dan diketahui penyebab kematiannya, pihak keluarga Lorna mengingatkan resiko pembelian obat lewat internet, terutama jika tanpa mempertimbangkan resep dokter.
"Saya sangat mengkhawatirkan penjualan obat yang beredar secara bebas di internet, terutama saat semua orang bisa membelinya tanpa mempertimbangkan efek samping dan peringatan yang tertera di obat tersebut," papar Sandra, ibunya, sebagaimana dilansir dailymail, Jumat (20/5).
Hal yang sama dikatakan Laurence Buckman, ketua komite British Medical Association (BMA), mengatakan bahwa apapun jenis obatnya, sudah seharusnya menggunakan resep, serta jauh lebih baik jika sebelumnya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan ahli obat. "Dia akan memberitahukan efek sampingnya dan tingkat dosis yang tepat," paparnya.
Sandra mengatakan bahwa Lorna memang bekerja dalam durasi yang panjang. "Ia mulai bekerja dari dini hari hingga larut malam, selama 12 jam tiap shiftnya," ungkapnya.
"Ia sangat menyukai pekerjaannya itu, ia juga merasa sangat bangga menjalaninya. Semua orang menyukai Lorna," tambahnya.
Roy, sang ayah membenarkan hal itu. Ia menggambarkan Lorna sebagai seorang pelayan masyarakat yang selalu tersenyum pada siapapun. Terakhir kali dirinya berhubungan dengan anaknya ketika ia menempuh pendidikan gelar master di University of Hertfordshire. "Ia sering menuliskan pesan hariannya di dinding akun facebooknya," katanya.
Google Sudah Perketat Penjualan Obat Online
Menyusul maraknya penualan obat di internet, sebenarnya sejak tahun 2010 silam, mesin pencari terbesar google, telah memperketat aturan penjualan obat via online. Hal ini untuk meminimalisir penjualan obat - obat palsu. Satu diantaranya yakni regulasi baru penempatan iklan di Adwords. Google hanya menerima penempatan iklan obat-obatan di bawah apotek online di Amerika yang terdaftar pada program situs apotek online terdaftar / Verified Internet Pharmacy Practice Sites (VIPPS) yang dijalankan asosiasi nasional apotek Amerika (National Association Boards of Pharmacy).
Presiden Partnership for Safe Medicines (PSM) memuji langkah tersebut yang disebutkan sebagai sebuah upaya untuk mewujudkan perlindungan konsumen dan penuntasan perdagangan obat palsu. Jauh sebelum langkah tersebut, Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang juga sudah melarang penjualan dan pembelian obat - obatan via internet atau pesanan lewat pos. Meski jenis obat yang tidak memerlukan resep dokter namun obat-obatan tersebut memiliki resiko efek samping yang tinggi.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar