PARTNER

Minggu, 30 September 2007

studi etnografi

ethnography

beberapa waktu yang lalu ada teman yang menanyakan apa sih etnografi?kebetulan dalam skripsinya dia menggunakan analisis ini. kemudian saya coba buka di wikipedia dan saya akan mencoba membantu menyelesaikan permasalahan tersebut dengan cara mengalih bahasakan kedalam bahasa indonesia supaya makin banyak orang yang dapat menggunakannya sebagai referensi yang sederhana, karena saya yakin masih terdapat banyak kesalahan dalam penerjemahan artikel tersebut.

ethnography berasal dari bahasa yunani yakni ethnos = orang, dan graphein = menulis. merupakan jenis cara - cara menulis yang kini telah memiliki beragam tingkatan deskripsi kualitatif dan kuantitatif dari berbagai fenomena sosial yang terjadi, berdasarkan data mentah dari hasil penelitian. ethnography hadir sebagai hasil dari sebuah metode penelitian yang kompleks dan menyeluruh yang ditemukan dari sebuah ide yang mengatakan bahwa seperangkap sistem tidak harus dipahami secara akurat sebagai bagian - bagian yang terpisah satu sama lainnya. beberapa tradisi akademis, khususnya paradigma konstruktivis dan relativis, menggunakan penelitian ini dan menganggapnya sebagai sebuah metodologi penelitian yang cukup penting. banyak dari kalangan antropologis budaya menyebutkan bahwa ethnography inti dari sebuah disiplin keilmuan.
A. antropologi sosial dan antropologi budaya
antropolodi budaya dan antropologi sosial telah dikembangkan dalam sebuah penelitian etnograpi, dan sebagian besar teks yang diterima keduanya merupakan istilah - istilah yang berasal dari etnograpi. misalnya, argonauts of the western pacific (1922, baronislaw malinowski), coming age of samoa (1928, margaret mead), the nuer (1958, E. E. Evans-Pritchard), atau naven (1958, Gregory Bateson). kini para antropolog budaya dan sosial, menempatkan penelitian ini kedalam sebuah istilah yang disebut sebagai etnologi - perbandingan perpaduan dari informasi etnographi - yang jarang dikembangkan untuk tujuan karir. dengan menggunakan antropogi budaya, maka didapat beberapa jenis etnhnographi. dimulai sejak akhir tahun 50-an dan awal tahun 60-an, para antroplog mulai menulis "sebuah bentuk pengakuan" yang secara sengaja digunakan untuk menyingkap kebenaran dan keaslian dari penelitian ethnographi. contoh yang paling terkenal adalah tristes tropiques ( Claude Lévi-Strauss ), the high valley (kenneth read), the savage and the innocent day (david maybury-lewis), juga dijelaskan secara baik pula dalam sebuah karangan fiksi return to laughter (Elenore Smith Bowen). selanjutnya etnograpi dikembangkan lagi menjadi sebuah cara bagaimana menterjemahkan perbedaan budaya dengan cara merepresentasikan efek - efek yang muncul terhadap para peneliti ethnographi. contoh terkenal lainnya, meliputi deep play "balinesse cockfight" (clifford geertz), reflections on fieldwork in marocco (paul rabinow), the headman (Jean-Paul Dumont), dan tuhami (vincent crapanzano). di tahun 80-an etnographi retoris telah dimasukan kedalam sebuah disiplin ilmu tersendiri, dibawah pengaruh pemikiran dari teori literasi dan post-struktural.etnographi eksperimental yang mengungkapkan dan menggemparkan berbagai disiplin samanisme, kolonialisme, dam the wild man (michael taussig), debating muslim (Michael F. J. Fischer and Mehdi Abedi), A Space on the Side of the Road (Kathleen Stewart), Advocacy after Bhopal (kim fortun).
para antropolog buday, seperti clifford geertz dan xavier andrade, mempelajari dan memaknai perbedaan budaya lewat penelitian etnographi yang mendasarkan pada data - data hasil penelitian dari budaya, masyarakat, dan komunitas - komunitas tertentu. wilayah yang akan dikaji tersebut biasanya menghabiskan waktu setahun atau lebih, para peneliti diharuskan untuk hidup berdampingan dengan para penduduk lokal yang menjadi objek kajiannya dan mereka harus mempelajari mengenai kehidupan mereka. peneliti etnograpi merupakan seorang peneliti partisipan/partisipatoris. mereka harus mengambil bagian atau menjadi bagian dari objek kajian mereka dan hal itu harus dipelajari karena hal ini akan banyak membantu untuk memahami perilaku dan pola pikir dari warga atau penduduk lokal.
B. disiplin ilmu lainnya yang berhubungan dengan disiplin etnographi
psikologi, ekonomi, sosiologi dan kajian budaya juga sangaty berhubungan dengan etnographi. sosiologi perkotaan dan dan chicago school dalam beberapa hal berhubungan dengan penelitian etnographi. salah satu contoh yang paling terkenal adalah ( Street Corner Society by William Foote Whyte and Black Metropolis by St. Clair Drake and Horace R. Caton) penelitian tersebut telah dipengaruhi ide - ide pikiran dari para antropolog. interaksionisme simbolis juga telah dikembangkan dari itradisi yang sama dan telah menghasilkan beberapa tema sosiologi etnografi yang mengagumkan, contohnya shared fantasy (gary alan fine), yang mana dokumen - dokumen tersebut berisi sejarah paling awal dari perkembangan permainan peran (role play). akan tetapi meskipun banyak disiplin ilmu dan perspektif - perspekti teoritis yang menggunakan sosiologi sebagai metode entografi, etnografi tetap bukan merupakan sine qua non dari disiplin keilmuan tersebut, seperti yang terdapat dalam antropologi budaya.
etnografi juga digunakan dalam kajian pendidikan, etnomusikologi, performence studies, cerita - cerita, dan linguistik. george spindler seorang antropolog amerika merupakan salah seorang yang pertama kali berhasil membawa studi/metodologi penelitian etnografi kedalam sebuah kelas.begitu juga dengan james spradley yang juga seorang antroplog terkenal dan telah berhasil menerbitkan sebuah buku yang berjudul the ethnographic interview (1979).
metode etnografi juga digunakan dalam sebuah perencanaan bisnis. kumpulan pekerja, manajer dan lain - lain merupakan kumpulan dari orang - orang yang memiliki perbedaan kategori sosial dalam sebuah sistem sosial. tiap - tiap kelompok memperlihatkan perbedaan karakteristik sifat, pola - pola perilaku dan nilai - nilai yang dianutnya masing - masing.
kin semakin banyak yang menggunakan studi ini, salah satu contohnya dalam sebuah universitas, mereka menggunakan analisis ini sebagai salah satu teknik yang harus digunakan para mahasiswanya ketika membuat tugas akhir mereka, khususnya dalam bidang sosial.
antropolog seperti daniel miller dan mary douglas telah menggunakan dat etnografi untuk menjawab pertanyaan akademis seputar masalah perilaku konsumen dan perilaku konsumsi. demikian juga dalam bidang bisnis, metode etnografi bermanfaat untuk memahami bagaimana orang menggunakan sebuah produk dan sebuah layanan jasa, yang merupakan ciri - ciri dari meningkatnya penggunaan metode etnografi untuk memahami para konsumen dan perilaku konsumsi mereka, atau untuk pengembangan produk - produk baru (sering disebut sebagai desain etnografi). adanya konferensi EPIC (ethnographic praxis in industry) merupakan bukti nyata dari hal tersebut diatas.

Jumat, 21 September 2007

Oh Kekasihku, Bila Engkau Gembira Akupun Ikut Gembira

Oh Kekasihku, Bila Engkau Gembira Akupun Ikut Gembira

Oh kekasihku, bila engkau gembira akupun ikut gembira.. bila engkau sedih akupun demikian. Dan bila ajal telah menjemputmu, alhamdulillah berarti gue cari yang baru...boleh kan?

Petuah Bijak Seorang Bisnisman

Petuah Bijak Seorang Bisnisman

Petuah bijak seorang bisnisman...
"Kamu harus bijaksana dalam memberi, Anakku..."
"Dan apakah bijaksana itu wahai ayah?"
"Jangan pernah memberi"

Sarah Azhari Dihukum Penjara

Sarah Azhari Dihukum Penjara

Stlh mlwati prsidangan, Sarah Azhari hnya di jatuhi hkmn
4Bln. Krna dua BOM Di dadanya tdk terbkti meledak.

Peraturan Perundang-undangan Polisi Telah Direvisi

Peraturan Perundang-undangan Polisi Telah Direvisi

Peraturan perundang-undangan Polisi telah direvisi:
Pasal 1: Polisi tidak pernah bersalah
Pasal 2: Jika polisi bersalah, maka kembali ke pasal 1

Istri Kalau Menyetir Kayak Kilat

Istri Kalau Menyetir Kayak Kilat

"Istri gue kalo nyetir kayak kilat !"
"Maksud loe cepat kayak pembalap F1 gitu ?"
"Bukan, dia suka nyamber pohon !"

penjaga palang kereta api

Penjaga Palang Rel Kereta Api Diadili

Suatu malam kereta api yang sedang melewati persimpangan menabrak sebuah mobil. Sang penjaga palang pintu kereta dihadapkan ke pengadilan.

Di pengadilan sang penjaga palang ngotot mengatakan bahwa dia sudah memperingatkan mobil itu dengan mengayun-ayunkan lampu senter ke arah mobil itu berkali-kali selama hampir satu menit. Bahkan di depan sidang dia berdiri memperagakan bagaimana lampu senter itu diayun-ayunkannya.

Akhirnya dia dibebaskan dari hukuman.

Pengacaranya segera memuji dia karena peragaannya di depan sidang itu meyakinkan hakim bahwa dia sudah bertindak benar.

"Uiiihhh... padahal saya sudah deg-degan setengah mati waktu disidang tadi," kata sang penjaga palang.

"Kenapa?" tanya si pengacara

"Kalau saja hakim bertanya apa waktu saya ayun-ayunkan lampunya senternya lagi nyala apa tidak...!" jawab si penjaga palang agak sedikit gemetar.

permintaan terakhir terpidana mati

Permintaan Terpidana Mati Sebelum Dieksekusi Pada suatu hari seorang terpidana akan di eksekusi hukuman mati karena terbukti bersalah melakukan pembunuhan berantai. Sebelum terpidana tersebut di eksekusi oleh regu penembak, seorang kepala regu penembak menanyakan permintaan terakhir sang terpidana. "Apa permintaan terakhir kamu sebelum ditembak mati?" tanya kepala regu pada terpidana. "Tolong senapannya diarahkan ke orang lain, Pak!" jawab sang terpidana.

teori kultivasi

teori kultivasi
televisi membentuk konsep realitas sosial
sejarah dan orientasi
seiring dengan kemerosotan teori jarum hipodermis, kini munucul perspektif baru yang disebut dengan teori stalagmit. metapor ini digunakan untuk menjelaskan bahwa efek media terjadi seiring berjalannya waktu dengan tempo yang lambat hingga bisa menciptakan sebuah stalagmit yang menggantung di dinding goa. salah satu teori populer yang mendukung perspektif ini adalah teori kultivasi. teori kultivasi atau sering disebut juga sebagai hipotesis kultivasi atau ananlisis kultivasi, merupakan sebuah pendekatan yang dibuat oleh george gerbner. diamemulai penelitiannya tentang indikator budaya pada pertengahan tahun 60-an. dalam rangka mempelajari bagaimana televisi dapat mempengaruhi pemikiran pemirsanya dalam rangka menerjemahkan fenomena - fenomena yang terjadi didunia atau disekelilingnya. penelitian kultivasi termasuk kedalam tradisi efek media dalam ilmu komunikasi. para pakar teori ini berpendapat bahwa televisi memiliki efek yang relatif kecil akan tetapi sifatnya yang simultan maka ia memiliki efek yang memanjang, memiliki efek yang gradual, tidak secara langsung mempengaruhi akan tetapi berjalan secara kumulatif dan efek yang cukup signifikan.
asumsi utama dan pendapat - pendapat
teori kultivasi dalam bentuknya yang paling mendasar, percaya bahwa televisi bertanggung jawab dalam membentuk, atau mendoktrin konsepsi pemirsanya mengenai raelitas sosial yang ada disekelilingnya. kombinasi efek massif dari televisi yang diberikan secara simultan, terus - menerus, secara tersamar telah membentuk persepsi individu/audiens dalam memahami realitas, sosial.lebih jauh lagi hal tersebut akan mempengaruhi budaya kita secara keseluruhan. gerbner berpendapat bahwa media massa menanamkan dan memperkuat ide - ide dan nilai yang telah terbentuk sebelumnya di dalam masyarakat/budaya yang telah terbentuk, media mempertahankan dan menyebarluaskan nilai - nilai tersebut diantara anggota - anggota kebudayaan tersebut, dan mengikatnya menjadi sebuah kesatuan. dia berpendapat juga bahwa media massa telah menanaman ide - ide mengenai kecenderungan - kecenderungan perspektif politik. gerbner menyebutnya sebagai efek "mainstreaming" atau efek yang tendensius. para pakar teori ini memisahkan antara efek pertama "first order" dan efek kedua "second order". efek pertama yakni mengenai keyakinan - keyakinan yang bersifat umum mengenai fenomena - fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari - hari, contohnya kelaziman melakukan kekerasan. dan efek kedua seperti, perilaku yang sifatnya spesifik, contohnya taat kepada hukum untuk keamanan pribadi. hal ini pun mencerminkan adanya kategorisasi audiens kedalam dua jenis penikmat televisi, yakni "penonton berat/pecandu televisi" dan "penonton ringan". kita akan memberikan perhatian lebih kepada pecandu berat televisi, yakni pecandu berat televisi yang seakan - akan dia lebih terpengaruh atau lebih percaya kepada realitas yang dibentuk oleh media dibandingkan dengan kepercayaannya terhadap realitas yang dia alami sendiri secara langsung. kategori penonton kedua mungkin memiliki lebih banyak sumber informasi dari pada kategori penonton yang pertama. "resonansi" menjelaskan efek intensif yang kemudian akan diterima oleh audiens tentang apa yang mereka lihat di televisi adalah merupakan apa yang telah mereka alami dalam kehidupan sehari - hari. takaran ganda dari pesan yang ada ditelevisi ini memungkinkan muculnya efek kultivasi.
metode yang kerap digunakan
analisis kultivasi biasanya memasukan hubungan data - data dari analisis isi media dengan data - data hasil dari penelitian terhadap audiens (untuk menemukan adanya pengaruh pencitraan - pencitraan tertentu terhadap perilaku - perilaku audiens). penelitian terhadap audiens menurut para pakar teori ini mencakup didalamnya masukan dari data - data hasil survey yang dilakukan secara luas atau dengan skala nasional guna menghitung pengaruh televisi terhadap tingkat kekerasan yang terjadi dalam kehidupan sehari - hari.

pasif atau aktif???

hingga saat ini banyak kalangan yang masih memperdebatkan antara khalayak aktif dan khalayak pasif. kubu yang satu masih bersikeras dengan pendapatnya dan berpegang pada keyakinan bahwa this is the triumph of bullet theory. pihak yang lainnya masih tetap dengan pendapatnya bahwa kini khalayak sudah jauh meninggalkan konsep tersebut, dan kini adalah waktunya kejayaan bagi limmited effect media.
kedua - duanya memiliki pijakan yang sama - sama kuat dan tidak dapat dibantah kalo keduanya memiliki bukti - bukti penguat asumsi - asumsi mereka. lantas manakah diantara keduanya yang lebih benar?itu tergantung kepada kita masing - masing dan kemanakah kecenderungan kita dalam menilai masalah ini.
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa keduanya pernah mengalami masa kejayaannya masing - masing.
bagaimanapun kita harus memiliki sikap untuk memilih salah satu diantara kedua teori tersebut. ini lebih baik dibandingkan dengan tidak memilih sama sekali atau malah memilih keduanya.
berdasarkan fenomena - fenomena yang terjadi belakangan ini, menurut saya fenomena sosial telah menunjukan bahwa audiens kini sudah jauh meninggalkan konsep bullet theory. sulit untuk kita temukan

framing

framing/pembingkaian/kategorisasi
sejarah dan orientasi
konsep framing berkaitan erat dengan tradisi agenda setting media tapi berkembang lagi lewat analisis - analisis yang memusatkan perhatian pada esensi berbagai isu yang berkembang dari pada isu - isu tertentu.dasar dari teori framing adalah bahwa media memberikan perhatian khusus kepada kejadian - kejadian tertentu dan selanjutnya menempatkannya dalam sebuah kerangka makna - makna tertentu. framing merupakan sebuah topik penting yang harus dibahas sejak konsep ini memiliki pengaruh yang cukup besar dan kemudian karena konsep ini semakin berkembang ke arah analisis keorganisasian.
asumsi utama dan beberapa pendapat -pendapat
asumsi utama ; bahwa media telah mengarahkan perhatian publik kearah topik - topik atau isu - isu tertentu, ini mempengaruhi apa yang publik pikirkan, dan para wartawan bertugas dalam memilih topik apa yang paling tepat untuk diangkat. ini merupakan inti utama dari agenda setting. sebuah berita tidak hanya menyajikan topik tertentu saja. cara dimana berita tersebut dipilih, pembingkaian ketika berita itu disampaikan, dan juga bagaimana berita tersebut dipilih oleh para wartawan. maka dari itu, pembingkaian/framing bersandar kepada bagaimana caranya media mengolah, mengatur, memilih dan menyajikan sebuah peristiwa kepada publik, dan tentang cara bagaimana audiens memaknai kejadian - kejadian yang disajikan tersebut. pembingkaian mempengaruhi persepsi audiens terhadap isu - isu tertentu, ini juga merupakan salah satu bentuk dari agenda setting dimana media tidak hanya mempengaruhi apa yang kita pikirkan, tapi juga media mengarahkan kita bagaimana untuk memikirkan hal - hal tersebut.
pembingkaian dalam sebuah organisasi
asumsi utama ; framing merupakan sebuah kualitas dalam berkomunikasi yang bertujuan agar pihak lain dapat menerima makna - makna yang hendak disampaikan. in merupakan salah satu keahlian tentang bagaimana anggota - anggota organisasi tersebut memahamai dan merespon terhadap lingkungan dimana ia tinggal. ini merupakan keahlian yang patut dimiliki oleh setiap pemimpin. menurut fairhurst & sarr (1996) konsep framing memiliki tiga elemen penting didalamnya, yakni bahasa, pemikiran dan pemikiran analitis jauh ke depan. bahasa memebantu kita untuk mengingat sebuah informasi dan memberikan cara bagaimana kita menyampaikannya kepada pihak lain dalam rangka memberikan penilaian terhadap situasi tertentu. supaya dapat menggunakan bahasa,maka orang membutuhkan sebuah kerangka pemikiran yang nantinya akan direfleksikan dengan interpretasinya dan interpretasi orang lain. seorang pemimpin seharusnya memiliki kemampuan ini, dimana ia mampu untuk membingkai sebuah isu secara cepat dalam berbagai situasi. kemudian setelah ia mampu melakukan hal tersebut, maka ia pun harus memiliki pemikiran jauh ke depan sebagai upaya antisipasi dan prediksi peluang - peluang yang ada. dengan kata lain seseorang harus mampu merencanakan supaya dia tidak gagap ketika harus berbuat secara spontanitas.
framing
pendapat ; produk media adalah produk manusia, bikin supaya audiens dapat menerima semuanya secara apa adanya.
framing dalam sebuah organisasi
orientasi atau tujuan ; fairhurst dan sarr (1996) menjelaskan berbagai kemungkinan dalam membingkai situasi - situasi.
a. metapora ; memberikan makna - makna baru sebuah ide atau program dengan cara membandingkannya dengan hal - hal lainnya.
b. cerita ; mitos atau legenda, untuk membingkai sebuah masalah dengan cara memberikan anekdot - anekdot yang mudah untuk diingat dan dapat dimengerti oleh publik.
c. tradisi ; upacara adat, ritual, dll. untuk mendefinisikan organisasi sehingga bisa memberikan nilai lebih dan menciptakan nilai - nilai keorganisasian yang lebih baik.
d. slogan ; untuk membingkai ingatan seseorang lewat gaya - gaya atau tampilan - tampilan yang unik.
e. artefak ; untuk menjelaskan nilai - nilai keorganisasian lewat bentuk - bentuk fisikal, sesuatu yang tidak dapat disampaikan lewat bahasa.
f. kontras ; menjelaskan kepada mereka nilai kontradiktif - kontradiktif sesuatu hal.
g. spin ; membicaran sebuah konsep agar supaya dapat menemukan konotasi negatif atau konotasi positif nya.
metode framing
wawancara mendalam/in-depth interview
skala dan aplikasi
semua berita atau informasi yang disajikan oleh media.
contoh
contoh yang sering dipakai dalam pembingkaian seperti "perang terhadap narkoba", "perang dingin", frase - frase yang secara langsung memiliki makna dan pencitraan - pencitraan secara luas.

Kamis, 20 September 2007

teori agenda setting

theory clusters
media massa--teori agenda setting
sejarah dan orientasi
agenda setting menjelaskan begitu besarnya pengaruh media--berkaitan dengan kemampuannya dalam memberitahukan kepada audiens mengenai isu - isu apa sajakah yang penting. sedikit kilas balik ke tahun 1922, kolumnis walter lippman mengatakan bahwa media memiliki kemampuan untuk menciptakan pencitraan - pencitraan ke hadapan publik. McCombs and Shaw melakukan analisis dan investigasi terhadap jalannya kampanye pemilihan presiden pada tahun 1968, 1972, dan 1976. pada penelitiannya yang pertama (1968), mereka menemukan dua hal penting, yakni kesadaran dan informasi. dalam menganalisa fungsi agenda setting media ini mereka berkesimpulan bahwa media massa memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap apa yang pemilih bicarakan mengenai kampanye politik tersebut, dan memberikan pengaruh besar terhadap isu - isu apa yang penting untuk dibicarakan.
asumsi utama dan pendapat - pendapat
inti ; agenda setting merupakan penciptaan kesadaran publik dan pemilihan isu - isu mana yang dianggap penting melalui sebuah tayangan berita. dua asumsi mendasar dari teori ini adalah, (1). pers dan media tidak mencerminkan realitas yang sebenarnya, melainkan mereka membentuk dan mengkonstruk realitas tersebut. (2). media menyediakan beberapa isu dan memberikan penekanan lebih kepada isu tersebut yang selanjutnya memberikan kesempatan kepada publik untuk menentukan isu mana yang lebih penting dibandingkan dengan isu lainnya. sedikit banyaknya media memberikan pengaruh kepada publik mengenai isu mana yang lebih penting dibandingkan dengan isu lainnya. salah satu aspek yang paling penting dari konsep agenda setting ini adalah masalah waktu pembingkaian fenomena - fenomena tersebut.dalam artian bahwa tiap - tiap media memiliki potensi - potensi agenda setting yang berbeda - beda satu sama lainnya. pendekatan ini dapat membantu kita untuk menganalisa kecenderungan - kecenderungan suatu media misalnya dalam hal komunikasi politik mereka.
metode
analisis isi media, interview audiens.
aplikasi
investigasi isu - isu yang mencakup masalah sejarah, periklanan, berita kesehatan, berita luar negeri.
contoh
McCombs and Shaw fokus terhadap dua elemen, yakni kesadaran dan informasi.

Rabu, 19 September 2007

Gramsci,,

AN INTRODUCTION TO GRAMSCI'S LIFE AND THOUGHT
by
FRANK ROSENGARTEN





Antonio Gramsci was born on January 22, 1891 in Ales in the province of Cagliari in Sardinia. He was the fourth of seven children born to Francesco Gramsci and Giuseppina Marcias. His relationship with his father was never very close, but he had a strong affection and love for his mother, whose resilience, gift for story-telling and pungent humor made a lasting impression on him. Of his six siblings, Antonio enjoyed a mutual interest in literature with his younger sister Teresina, and seems to have always felt a spiritual kinship with his two brothers, Gennaro, the oldest of the Gramsci children, and Carlo, the youngest. Gennaro's early embrace of socialism contributed significantly to Antonio's political development.

In 1897, Antonio's father was suspended and subsequently arrested and imprisoned for five years for alleged administrative abuses. Shortly thereafter, Giuseppina and her children moved to Ghilarza, where Antonio attended elementary school. Sometime during these years of trial and near poverty, he fell from the arms of a servant, to which his family attributed his hunched back and stunted growth: he was an inch or two short of five feet in height.

At the age of eleven, after completing elementary school, Antonio worked for two years in the tax office in Ghilarza, in order to help his financially strapped family. Because of the five-year absence of Francesco, these were years of bitter struggle. Nevertheless, he continued to study privately and eventually returned to school, where he was judged to be of superior intelligence, as indicated by excellent grades in all subjects.

Antonio continued his education, first in Santu Lussurgiu, about ten miles from Ghilarza, then, after graduating from secondary school, at the Dettori Lyceum in Cagliari, where he shared a room with his brother Gennaro, and where he came into contact for the first time with organized sectors of the working class and with radical and socialist politics. But these were also years of privation, during which Antonio was partially dependent on his father for financial support, which came only rarely. In his letters to his family, he accused his father repeatedly of unpardonable procrastination and neglect. His health deteriorated, and some of the nervous symptoms that were to plague him at a later time were already in evidence.

1911 was an important year in young Gramsci's life. After graduating from the Cagliari lyceum, he applied for and won a scholarship to the University of Turin, an award reserved for needy students from the provinces of the former Kingdom of Sardinia. Among the other young people to compete for this scholarship was Palmiro Togliatti, future general secretary of the Italian Communist Party (PCI) and, with Gramsci and several others, among the most capable leaders of that embattled Party. Antonio enrolled in the Faculty of Letters. At the University he met Angelo Tasca and several of the other men with whom he was to share struggles first in the Italian Socialist Party (PSI) and then, after the split that took place in January 1921, in the PCI.

At the University, despite years of terrible suffering due to inadequate diet, unheated flats, and constant nervous exhaustion, Antonio took a variety of courses, mainly in the humanities but also in the social sciences and in linguistics, to which he was sufficiently attracted to contemplate academic specialization in that subject. Several of his professors, notably Matteo Bartoli, a linguist, and Umberto Cosmo, a Dante scholar, became personal friends.

In 1915, despite great promise as an academic scholar, Gramsci became an active member of the PSI, and began a journalistic career that made him among the most feared critical voices in Italy at that time. His column in the Turin edition of Avanti!, and his theatre reviews were widely read and influential. He regularly spoke at workers' study-circles on various topics, such as the novels of Romain Rolland, for whom he felt a certain affinity, the Paris Commune, the French and Italian revolutions and the writings of Karl Marx. It was at this time, as the war dragged on and as Italian intervention became a bloody reality, Gramsci assumed a somewhat ambivalent stance, although his basic position was that the Italian socialists should use intervention as an occasion to turn Italian national sentiment in a revolutionary rather than a chauvinist direction. It was also at this time, in 1917 and 1918, that he began to see the need for integration of political and economic action with cultural work, which took form as a proletarian cultural association in Turin.

The outbreak of the Bolshevik revolution in October 1917 further stirred his revolutionary ardor, and for the remainder of the war and in the years thereafter Gramsci identified himself closely, although not entirely uncritically, with the methods and aims of the Russian revolutionary leadership and with the cause of socialist transformation throughout the advanced capitalist world.

In the spring of 1919, Gramsci, together with Angelo Tasca, Umberto Terracini and Togliatti, founded L'Ordine Nuovo: Rassegna Settimanale di Cultura Socialista (The New Order: A Weekly Review of Socialist Culture), which became an influential periodical (on a weekly and later on a bi-monthly publishing schedule) for the following five years among the radical and revolutionary Left in Italy. The review gave much attention to political and literary currents in Europe, the USSR, and the United States.

For the next few years, Gramsci devoted most of his time to the development of the factory council movement, and to militant journalism, which led in January 1921 to his siding with the Communist minority within the PSI at the Party's Livorno Congress. He became a member of the PCI's central committee, but did not play a leading role until several years later. He was among the most prescient representatives of the Italian Left at the inception of the fascist movement, and on several occasions predicted that unless unified action were taken against the rise of Mussolini's movement, Italian democracy and Italian socialism would both suffer a disastrous defeat.

The years 1921 to 1926, years "of iron and fire" as he called them, were eventful and productive. They were marked in particular by the year and a half he lived in Moscow as an Italian delegate to the Communist International (May 1922- November 1923), his election to the Chamber of Deputies in April 1924, and his assumption of the position of general secretary of the PCI. His personal life was also filled with significant experiences, the chief one being his meeting with and subsequent marriage to Julka Schucht (1896-1980), a violinist and member of the Russian Communist Party whom he met during his stay in Russia. Antonio and Julka had two sons, Delio (1924-1981), and Giuliano, born in 1926, who lives today in Moscow with his wife.

On the evening of November 8, 1926, Gramsci was arrested in Rome and, in accordance with a series of "Exceptional Laws" enacted by the fascist-dominated Italian legislature, committed to solitary confinement at the Regina Coeli prison. This began a ten-year odyssey, marked by almost constant physical and psychic pain as a result of a prison experience that culminated, on April 27, 1937, in his death from a cerebral hemorrhage. No doubt the stroke that killed him was but the final outcome of years and years of illnesses that were never properly treated in prison.

Yet as everyone familiar with the trajectory of Gramsci's life knows, these prison years were also rich with intellectual achievement, as recorded in the Notebooks he kept in his various cells that eventually saw the light after World War II, and as recorded also in the extraordinary letters he wrote from prison to friends and especially to family members, the most important of whom was not his wife Julka but rather a sister-in-law, Tania Schucht. She was the person most intimately and unceasingly involved in his prison life, since she had resided in Rome for many years and was in a position to provide him not only with a regular exchange of thoughts and feelings in letter form but with articles of clothing and with numerous foods and medicines he sorely needed to survive the grinding daily routine of prison life.

After being sentenced on June 4, 1928, with other Italian Communist leaders, to 20 years, 4 months and 5 days in prison, Gramsci was consigned to a prison in Turi, in the province of Bari, which turned out to be his longest place of detention (June 1928 -- November 1933). Thereafter he was under police guard at a clinic in Formia, from which he was transferred in August 1935, always under guard, to the Quisisana Hospital in Rome. It was there that he spent the last two years of his life. Among the people, in addition to Tania, who helped him either by writing to him or by visiting him when possible, were his mother Giuseppina, who died in 1933, his brother Carlo, his sisters Teresina and Grazietta, and his good friend, the economist Piero Sraffa, who throughout Gramsci's prison ordeal provided a crucial and indispenable service to Gramsci. Sraffa used his personal funds and numerous professional contacts that were necessary in order to obtain the books and periodicals Gramsci needed in prison. Gramsci had a prodigious memory, but it is safe to say that without Sraffa's assistance, and without the intermediary role often played by Tania, the Prison Notebooks as we have them would not have come to fruition.

Gramsci's intellectual work in prison did not emerge in the light of day until several years after World War II, when the PC began publishing scattered sections of the Notebooks and some of the approximately 500 letters he wrote from prison. By the 1950s, and then with increasing frequency and intensity, his prison writings attracted interest and critical commentary in a host of countries, not only in the West but in the so-called third world as well. Some of his terminology became household words on the left, the most important of which, and the most complex, is the term "hegemony" as he used it in his writings and applied to the twin task of understanding the reasons underlying both the successes and the failures of socialism on a global scale, and of elaborating a feasible program for the realization of a socialist vision within the really existing conditions that prevailed in the world. Among these conditions were the rise and triumph of fascism and the disarray on the left that had ensued as a result of that triumph. Also extremely pertinent, both theoretically and practically, were such terms and phrases as "organic intellectual," "national'popular," and "historical bloc" which, even if not coined by Gramsci, acquired such radically new and original implications in his writing as to constitute effectively new formulations in the realm of political philosophy.

reading television


media massa,,,,ditengah tujuan mulianya yang tergabung kedalam tiga tema besar yakni to inform, to entertain, dan to educate,,ternyata media menyimpan sebuah sifat yang secara naluriah telah melekat padanya dan memiliki efek destruktif kepada audiens nya.
media memiliki sifat yang dirangkum kedalam sebuah konsep retorika demonstartif. dalam konsep ini, difahami bahwa media memiliki dua kemungkinan dalam pola - pola penayangan programnya, baik itu dalam acara siaran berita ataupun dalam penayangan sebuah film. dua kemungkinan itu adalah pro atau kontra, yakni memberikan citra positif terhadap salah satu pihak dan memberikan citra negatif kepada pihak lainnya.
kedua kemungkinan itu sudah pasti melekat pada media, dia memuji atau menjatuhkan pihak lain atau salah satu pihak.
bagaimanapun,,,sangat tidak masuk akal jika diatakan media bisa berdiri secara independent atau netral,,,susah,,pada akhirnya dia memiliki kepentingan yang membutuhkan dukungan - dukungan dari pihak lain.

gender dan world wide website


the world wide website merupakan sebuah teknologi baru dimana sejauh ini menyediakan adanya konstruksi terhadap informasi, pengorganisasian dan penyebarluasan sebuah informasi. informasi merupakan sebuah bahan mentah yang kemudian akan di organisasikan dan konstruksi sehingga menjadi sebuah pengetahuan baru yang sangat berharga bagi audiens yang tertarik mengenai pengatahuan - pengatahuan tersebut. ini merupakan teknologi yang sangat kuat dalam bidang pengetahuan, bukan hanya sekedar masalah penyimpanan data - data atau hanya sebagai pusat penyimpanan data saja, akan tetapi hubungan antara berbagai dokumen data telah memunculkan cara - cara baru untuk mengorganisasi dan membangun sebuah pengetahuan. anda tidak hanya akan diberikan informasi - informasi yang anda butuhkan saja, akan tetapi secara langsung anda juga akan dihadapkan pula dengan berbagai macam informasi lainnya dari seluruh dunia dalam satu bingkai web yang tengah anda buka mengenai suatu informasi. dalam satu bingkai web ini, mungkin akan diisi puluhan atau bahkan ratusan informasi lainnya yang saling berhubungan atau malah yang sama sekali tidak berhubungan dengan informasi yang sedang anda cari. kondisi tersebut telah memungkinkan setiap orang dapat melakukan komparasi antar data - data yang tersaji. begitu pula hal ini telah memunculkan cara - cara baru dalam membaca sebuah informasi, kini tak dibutuhkan cara - cara konvensional seperti dalam membaca melalui urutan - urutan baku seperti ketika membaca buku. tetapi rader kini bebas memilih urutannya sendiri, mau yang mana yang dibaca, mau yang mana dulu,dll.
para penganut dekonstruksionis, barthes, derida atau wittgenstein, berpendapat bahwa fenomena ini menmiliki kaitan erat dengan eksistensi sebuah buku, perubahan cara nmenyajikan data dan perubahan dalam pembacaan data atau informasi telah memberikan pengaruh pula terhadap bagaimana infromasi - informasi atau data - data itu ditulis. cara - cara menulis secara konvensional dengan struktur yang linear mulai terancam dan secara langsung mengancam eksistensi sebuah buku.
menurut derida, web telah memperkenalkan cara - cara baru dalam menulis, membaca dan mengkonstrulsikan sebuah informasi. dalam hal ini, web dapat dilihat sebagai sebuah teknologi mutakhir yang memproduksi pengetahuan.
technologies of gender
dalam cara yang sama, teknologi gender yang paling mutakhir telah memaksa kita untuk memikirkan kembali kebenaran - kebenaran tentang konstruksi gender dan representasi. dimana sebelumnya konsep gender kerap dikaitkan dengan jenis kelamin, sekarang bisa kita pahami dalam kerangka konstruksi gender dan konsep representasi.
simone de beauvoir pertama kali menganalisa masalah ini dalam seminarnya yang bertajuk "the second sex" (1949), dalam makalahnya ia mengkritisi tentang hierarki struktur gender yang berlaku pada masa itu. menurut dia, "perempuan tidak dilahirkan, melainkan ia dibuat". selanjutnya ia mengajak untuk memikirkan kembali tentang konsep gender, roles, ideologi, nilai - nilai, belief dan kepercayaan. selanjutnya gender tidak hanya difahami sebagai konsep yang begitu saja terbentuk atau begitu saja diterima, akan tetap merupakan konsep yang terbentuk atau dikonstruksi secara sosial dan kultural, bukan yang secara hierarkis tidak dapat diubah.
pada waktu yang bersamaan, kajian gender mengatakan bahwa konstruksi gender merupakan hasil dari berbagai macam teknologi sosial seperti film, dan hasil dari berbagai macam wacana yang telah berkembang dan terlembagakan, epitemologi, serta praktik - praktik kritis yang dilakukan layaknya dalam kegiatan sehari - hari (lauretis, 1987 ; 2). pemahaman tantang perbedaan gender telah mempengaruhi cara orang memahami tentang perilaku - perilaku yang melekat pada masing - masing gender. secara tradisional, maskulinitas selalu dikaitkan dengan sifat - sifat rasional, logis, kuat, teknis, disisi lain feminitas selalu dikaitkan dengan sifat - sifat emosional, intuitif dan irasional. begitu pula perbedan gender selalu memunculkan konsep tentang produktifitas,,ada anggapan bahwa salah satu lebih produktif dibandingkan dengan yang lainnya,,lebih jelas dikenal bahwa pria lebih produktif dari pada perempuan. disisi lain upaya - upaya dekonstruksi terhadap representasi dan wacana - wacana ketidak adilan gender ini telah menimbulkan kekaburan mengenai batas - batas perbedaan gender dan mengharuskan pemetaan kembali mengenai konsep gender ini. aliran feminis baru yang menantang struktur gender klasik yang telah menempatkan posisi perempuan sebagai sosok irasional dan tidak logis, kini telah menjadi sebuah aliran feminis yang terdepan dan memiliki dukungan luas dari para aktivis perjuangan persamaan gender dan membawa tema utama "rasional untuk perempuan". pada waktu yang sama, golongan maskulinitas telah mengambil keputusan untuk memperbolehkan para pria untuk masuk kewilayah domestik yang selama ini kerap dikaitkan sebagai wilayah kaum perempuan. mereka juga mulai memetakan kembali konstruksi - konstruksi gender yang banyak terdapat di dalam website - website, begitu pula dalam video games yang memperlihatkan adanya praktik - praktik ketidakadilan gender. startegi ini merupakan upaya - upaya untuk memetakan kembali konstruksi gender dan merupakan upaya kultural dekonstruksi.
what's in a name
tahukah anda bahwa kosakata "web" secara tradisional sering berkonotasi sebagai aktifitas perempuan seperti menenun, alat tenun atau benang tenun. "web" didefinisikan dalam macquarie dictionary sebagai sesuatu yang dibentuk dari tenunan dan jalinan tenun, jaring - jaring halus dan tipis yang dibuat oleh laba - laba, atau seperti sebuah bagian dari pakaian yang terbentuk dari tenunan - tenunan sehingga menjadi sebuah pakaian yang utuh. meskipun tidak secara langsung berkaitan erat dengan aktifitas perempuan, akan tetapi jika disandingkan dan dibandingkan dengan aktifitas pria seperti menyelam, berlayar, memanjat, maka kosakata menyulam diatas menjadi konotasi dengan aktifitas perempuan.
secara struktural , dominasi kaum pria mulai bisa dirasakan dalam segi linguistik, ini karena adanya kesalahan dalam sistem bahasa, termasuk dominasi metafora - metafora yang digunakan, dan telah secara tersirat menempatkan pria dalam posisi dominan sedangkan perempuan ditempatkan dalam posisi sebagai sosok terbungkam,,tidak mampu bersuara dan tidak memiliki akses berkomunikasi sebagaimana yang dimiliki oleh kaum pria (henley & kramerae, 1991 ; 40-41).
lebih jauh lagi, mennurut penelitian yang dilakukan oleh spender (1993) dan van zoonen (1992), memperlihatkan bahwa posisi perempuan telah dikecualikan dalam sebuah masyarakat informasi, atau kurangnya ketertarikan mereka terhadap kemajuan teknologi secara langsung telah mengkonstruksi pemahaman tentang posisi perempuan dimana mereka tidak memiliki tempat untuk seorang perempuan dan feminitas. frissen (1992) menekankan bahwa kemajuan teknologi informasi tidak dibarengi dengan dialog - dialog mengenai persoalan gender. dia mendasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh golding & murdock (1986), mereka menemukan bahwa media komunikasi mutakhir secara sengaja telah menduplikasi dan mengabadikan strukur ketidakadilan yang telah ada sebelumnya. pada tahapan ini, bagaimanapu kemajuan teknologi infromasi seperti cyberspace merupakan milik dari keduanya feminim maupun maskulin, dimana keduanya bisa memperlihatkan eksistensi masing - masing dalam era cyberspace ini.
web atau arsip data
tidak seperti sebuah perpustakaan, web memiliki lebih banyak kelebihan, selain sebagai tempat penyimpanan data, dia juga dapat melakukan fungsi - fungsi hiperteks, interteks dan interlinked. kelebihan lainnya adalah masalah kecepatan akses ketika mencari data yang hampir bisa dikatakan instan terutama jika dibandingkan dengan pencarian data di perpustakaan. penyimpanan data di web kin lebih didominasi oleh para pria dan banyak web bermunculan yang hanya diperuntukan untuk para pria. secara singkat dapat dikatakan bahwa web merupakan tempatnya para pria sebaliknya kaum perempuan hampir kehilangan tempatnya didalam dunia cyber ini.
web sebagai media space
kita juga dapat melihat web sebagai ruang media dimana jenis - jenis media seperti audio, visual, audio-visual, interaktif, dll bergabung menjadi satu kedalam sebuah bentuk web. ketika media - media lainnya telah dikuasai pula oleh kaum pria, televis i, film, dll, maka tidak mustahil bahwa web juga mengalami nasib yang sama. dikuasai oleh kepentingan - kepentingan kaum pria.
kesempatan - kesempatan gender dan web
teknologi mutakhir ini berbicara mengenai konstruksi makna dan konstruksi kultural, bukan hanya masalah penggunaannya, akan tetapi masalah pembuatan atau pembentukan sebuah pengetahuan dan kultur tertentu. pengetahuan - pengetahuan itu seharusnya menempatkan sosok perempuan dalam posisi sejajar dengan kaum pria, baik itu dalam hal wilayah "kekuasaan" atau dalam hal akses mendapatkan pengetahuan.
"the web and the internet will continue to remorph gender, and in so doing dissolves gender boundaries as well as dicipline boundaries. in this way the technologies of knowledge in conjuctioan with the new technologies of gender will enable the de - territorialitations of knowledge. it is in this poin that women should seize of opportunities for unless they are there to shape and manage. they might find themselves/ourselves being shaped and managed once again through the new technologies.

buku menarik untuk memahami konflik

understanding conflict within a framework of different theories
understanding conflict within a framework of different theories the handbook of conflict resolution : theory and practice (second edition). edited by Morton Deutsch, Petter T. Coleman, and Eric C. Marcus. san francisco : jossey - Bass, a willey imprint.2006.
edisi kedua buku ini telah mengalami tambahan - tambahan kajian dari sekitar 50 orang ahli meliputi ilmuwan, peneliti, dan para profesor. artikel - artikel yang terdapat dalam buku ini membantu anda untuk memahami dan menangani konflik dalam berbagai tingkatan.
edisi kedua buku ini berisi beberapa bahasan Bab yang baru dengan sampul yang mewakiliki berbagai topik yang akan dikaji, meliputi hubungan antara komunikasi dan konflik, kekuatan, bahasa, kepribadian, budaya, dan kreatifitas.
Evelin G. Linder, seorang pendiri manager of human dignity and humilation studies yang bermarkas di universitas columbia, dia yang menulis dalam Bab emosi, mengatakan bahwa hal ini sangat penting untuk memahami bagaimana emosi dapat mempengaruhi konflik dan begitu pula sebaliknya.
emosi mudah dibentuk dan ia juga bersifat adaptif pada pengaruh sosial dan budaya. fungsi utama dari perasaan / emosi yakni sebagai tanda - tanda peringatan kepada seseorang untuk menilai apakah sesuatu itu menguntungkan atau merugikan.
rasa takut VS amarah
sebagai contoh rasa takut dapat menghindarkan seseorang dari terjadinya konflik atau untuk menghindarkan seseorang dari terjadinya sebuah perkelahian. disisi lain, amarah lebih menggambarkan sebuah seperangkat proses mental yang lebih variatif dibandingkan dengan kondisi mental rasa takut.
sebagai contoh, seorang karyawan yang tengah dimarahi manajernya. kemudian dia berreaaksi seolah - olah menantang untuk berkelahi. si karyawan mungkin akan memutuskan untuk mengalah saja dan menghindari konflik yang lebih buruk karena dalam pikirannya jika ia melayani tantangan itu, maka sama saja dengan mengahancurkan karirnya sendiri. maka dari pada dia balik marah, lebih baik dia menghindar saja.
Linder mengatakan bahwa kita harus belajar untuk menggunakan emosi negatif kita untuk digunakan dalam tingkat yang lebih konstruktif dan untuk memelihara emosi positif kita.
pengarang buku ini memberikan sebuah alat untuk mengatur emosi negatif tersebut. salah satunya dengan menggunakan sebuah harapan. strategi "harapan" memungkinkan kita untuk melakukan pertimbangan terus - menerus terhadap kesempatan - kesempatan yang ada dan kekuatan - kekuatan yang dimiliki hingga dapat menemukan solusi yang optimal. Linder menambahkan bahwa "harapan" seharusnya tidak dikacaukan dengan sikap naif dan harapan - harapan kosong.
konflik dan prasangka
carol s dweck seorang profesor psikologi di universitas stanford, dan joyce ehrlinger, posdoktoral di stanford, mengemukakan bahwa prasangka selalu ada dalam situasi konflik.
setuju atau tidak, prasangka lahir dari sebuah perselisihan dan sebelumnya memang prasangka itu sudah ada dan kemudian memberikan andil bagi terciptanya sebuah perselisihan, dan menguatkan prasangkanya terhadap pihak lain, hal ini akan membuat semakin sulit untuk menciptakan sebuah rekonsiliasi.
penulis buku ini mengidentifikasi bahwa terdapat dua buah teori yang bisa dijadikan pedoman untuk memahami kualitas alami seorang manusia. teori yang pertama adalah teori entitas, yang mendasarkan pada kepercayaan bahwa kualitas seorang manusia sudah ditentukan (sisi baik / sifat baik dan tingkat intelengensia). secara sederhana dikatakan bahwa seseorang hanya memiliki dua kemungkinan yakni memiliki kualitas tersebut atau tidak. dan tentu saja kualitas tersebut sudah ditentukan dan tidak dapat diubah atau dikembangkan.
teori lainnya merupakan teori tambahan, teori ini mendasarkan pada kepercayaan bahwa kualits seorang manusia itu dapat ditempa dan dapat dikembangkan, tidak samas dengan teori sebelumnya yang mengatakan bahwa kualitas seorang manusia itu merupakan sebuah bentuk final dari dirinya yang tidak dapat dikembangkan atau diciptakan/ditempa kembali. ini tidak berarti bahwa seseorang akan berubah begitu saja, akan tetapi lebih dari itu bahwa seseorang memiliki kemampuan untuk terus menumbuhkan dan mengembangkan kualitasnya dengan pendidikan dan dengan upaya yang sungguh - sungguh.
teori entitas sering memunculkan adanya stereotype, disaat incremental theory melihat lewat sudut pandang yang lebih dinamis terhadap sisi manusia ; ini membutuhkan pemahaman terhadap kebutuhan - kebutuhan dan tujuan - tujuan manusia, proses - proses berfikir dan budaya.
teori implisit relatif lebih stabil tapi dia juga dapat berubah lewat sebuah intervensi. ketika seseorang berfikir lewat incremental theory, dia akan mampu untuk meminimalisir adanya stereotype dan akan lebih terbuka untuk belajar menangani konflik.


stereotype dalam budaya pop

beberapa karakteristik stereotype :
1. stereotype merupakan standarisasi konsepsi atau gambaran - gambaran mengenai group - group tertentu, baik itu berdasarkan kategorisasi kesukuan, ras, agama, dll. stereotype merupakan "mental cookie cutters", mereka memaksakan pola - pola penilaian yang sederhana terhadap kelompok - kelompok tertentu, atau terhadap sekumpulan massa yang kompleks dan mereka menetapkan karakteristik - karakteristik tertentu untuk menggambarkan keseluruhan anggota kelompok tersebut. secara sederhana dapat dikatakan stereotype merupakan generalisasi terhadap kelompok - kelompok tertentu dan biasanya merupakan penilaian yang negatif. dalam budaya pop, kita dapat menganalisa beberapa karakteristik stereotype yang sering digunakan sebagai dasar dari penggunaan stereotype tersebut. diantaranya adalah, pertama, stereotype berdasarkan umur. misalnya semua anak muda menyukai lagu - lagu rock dan mereka biasanya tidak memiliki rasa hormat terhadap orang - orang yang lebih tua darinya. kedua, stereotype berdasarkan jenis kelamin/sex. misalnya, lelaki hanya menginginkan sesuatu hal dari seorang wanita. ketiga, stereotype berdasarkan ras. misalnya, semua orang jepang kelihatan mirip satu sama lainnya. keempat, stereotype berdasarkan agama. misalnya, semua penganut katolik lebih mencintai paus paullus daripada negaranya sendiri.kelima, stereotype berdasarkan jenis pekerjaan. misalnya, semua pengacara itu rakus. keenam, stereotype berdasarkan kebangsaan. misalnya, semua orang jerman adalah nazi, penghasut perang. stereotype juga bisa berdasarkan tampat. misalnya, semua perkotaan merupakan tempat dosa atau tempat maksiat.. sebaliknya kota kecil relatif aman dan bersih dari maksiat. kedua berdasarkan sesuatu. misalnya, semua mobil buatan amerika memiliki harga yang lebih murah dan dibuat secara sembarangan. atau yang dikatakan rumah yang bagus adalah rumah yang memiliki halaman rumput yang luas, garasi mobil yang cukup besar, dan setidaknya memiliki dua kamar mandi.
2. konsepsi yang terstandarisasi itu dibuat secara umum oleh anggota - anggota kelompok - kelompok tertentu.pencitraan - pencitraan stereotype biasanya dibagikan atau digunakan secara bersama- sama dan diyakini oleh mereka - mereka yang memiliki persamaan dalam segi kerangka fikir. itulah caranya mereka memberikan penilaian - penilaian kepada kelompok - kelompok tertentu.
3. stereotype merupakan bentuk ekspresi langsung mengenai keyakinan dan nilai - nilai yang di pegang masing - masing pihak. stereotype merupakan sebuah alat yang sangat bermanfaat untuk menganalisa budaya pop, karena tiap kali stereotype itu berhasil dibuat dan diidentifikasi, maka secara otomatis menyediakan kepada kita tentang hal - hal yang tersembunyi, dan membongkar ekspresi - ekspresi yang mungkin tersembunyi dalam keprecayaan - kepercayaan dan nilai - nilai tertentu. artinya bahwa stereotype sangat bermanfaat terutama dalam mengusut perubahan - perubahan yang terjadi dalam hal perubahan pemikiran - pemikiran dalam budaya pop -- yang merupakan cara dimana kepercayaan - kepercayaan dan nilai - nilai dihubungkan dengan kelompok - kelompok tertentu sepanjang waktu. perilaku orang - orang amerika secara perlahan berubah kearah perilaku orang rusia. misalnya, secara mudah ditandai lewat perubahan pola - pola stereotype yang dihubungkan dengan mereka.
stereotype memiliki fungsi alami terhadap manusia/konstruk pemikiran budaya dan oleh karena itu hal tersebut memiliki nilai yang netral dari segi moral dalam diri mereka masing - masing. budaya, meskipun membentuk perilaku bermoral ataupun perilaku yang tidak bermoral, yang berdasarkan pada kepercayaan - kepercayaan dan asumsi - asumsi yang secara implisit menyederhanakan stereotype, dan setiap budaya cenderung menyederhanakan realita yang kompleks agar bisa memutuskan perilaku yang lebih baik lagi dalam setiap situasi apapun.
stereotype memiliki fungsi alami dan inipun sesekali berfungsi dalam situasi - situasi tertentu. dalam situasi - situasi tertentu, hal ini sewaktu - waktu sangat bermanfaat untuk membuat klasifikasi - klasifikasi terhadap individu - individu. istilah "freshman" didalam kampus membawa kita kepada pemikiran citra - citra tentang orang - orang baru atau pendatang baru dikampus yang kurang begitu familiar dengan situasi dan kehidupan intelektual di kampus. tentu saja banyak "orang baru" jangan langsung percaya dengan pandangan sempit ini. walaupun demikian, stereotype terhadap "orang baru" telah memberikan manfaat kepada para pengajar di kampus untuk membuat sebuah pelajaran perkenalan atau untuk memperkenalkan mereka pada lingkungan baru mereka dan sekaligus telah memberikan inspirasi kepada organisasi - organisasi kampus untuk membuat sebuah acara perkenalan dengan maksud untuk memperkenalkan mereka pada situasi dan lingkungan baru mereka. seperti acara "ospek".
fungsi kedua dari stereotype yang tidak kalah bermanfaatnya adalah, dalam hal penggunaannya dalam istilah 'countertype". countertype adalah stereotype yang sifatnya posistif untuk membuat citra - citra tandingan atau mengganti atas citra - citra negatif yang sudah dilekatkan sebelumnya. stereotype negatif terhadap orang - orang afro amerika telah diserang oleh gerakan countertype di tahun 60-an dan 70-an khususnya dalam film, misalnya dalam film "guess who's coming to dinner and shaft" dimana para kulit hitam dicitrakan kuat, dinamis, dan intelek.upaya tersebut terus berlangsung hingga sekarang lewat citra - citra positif dalam "bumpies" (Black Upwardly Mobile Professionals) dalam program - program televisi seperti dalam "the cosby show" dan L.A. Law. stereotype negatif terhadap "women as helpless Victims" telah ditantang pada waktu belakangan ini dengan gerakan - gerakan countertypes didalam televisi yang mengga,barkan wanita sebagai sosok yang kuat. countertypes merupakan refleksi yang penting dari keyakinan dan nilai yang populer tapi setidaknya ada dua karakteristik yang perlu diketahui untuk menggambarkan countertypes.
1. countertypes sama saja merupakan stereotypes, artinya bahwa hal ini sama saja merupakan perilaku yang menyederhanakan atau menyempitkan pandangan terhadap kelompok - kelompok tertentu.
2. countertypes kadang hanya merupakan upaya perbaikan dalam tataran permukaannya saja. dalam countertypes akan anda temukan steretype - stereotype yang telah dilekatkan sebelumnya.
empat karakteristik stereotypes :
Lippmann berpendapat bahwa stereotype adalah ;
1. sederhana/simple ; lebih sederhana dari realitas sebenarnya.
2. memerlukan tangan kedua.
3. semua stereotype itu salah.
4. tahan perubahan.

aksioma - aksioma dalam uncertainty reduction theory

teori pengurangan ketidakpastian
pengurangan situasi ketidakpastian didalamnya terdapat upaya - upaya untuk memprediksi dan menjelaskan. terdapat dua jenis ketidakpastian ; situasi ketidakpastian yang berkaitan dengan tingkah laku, perilaku, dan yangkedua merupakan situasi ketidakpastian yang berhubungan dengan kognitif.
aksioma teoritis : kepastian tentang ketidakpastian
aksioma 1 ; komunikasi verbal, meningkatnya level jumlah komunikasi verbal yang dilakukan ketika tengah berkomunikasi dengan orang asing atau orang yang tidak dikenal, maka akan mengurangi tingkat ketidakpastian.
aksioma 2 ; kehangatan atau keakraban komunikasi non - verbal, ketika ekspresi - ekspresi non - verbal meningkat, situasi ketidakpastian akan semakin berkurang. pengurangan tingkat ketidakpastian, meningkatkan peningkatan ekspresi non-verbal.
aksioma 3 ; pencarian informasi, tingginya tingkat ketidakpastian bisa meningkatkan upaya - upaya seseroang untuk lebih aktif lagi dalam mencari informasi. ketika situasi ketidakpastian itu mulai dihindari, maka proses pencarian informasi pun semakin berkurang.
aksioma 4 ; tingkat ketidakpastian yang tinggi dalam sebuah jalinan sebuah hubungan dapat mengurangi keintiman kualitas komunikasi. rendahnya situasi ketidakpastian dapat meningkatkan tingkat keintiman kualitas komunikasi.
aksioma 5 ; pertukaran, ketidakpastian yang tinggi, dapat meningkatkan pertukaran informasi diantara mereka.
aksioma 6 ; kesamaan, semakin banyak persamaan diantara mereka, semakin menurunkan tingkat ketidakpastian.
aksioma 7 ; selera, selera akan semakin menurun jika situasi ketidakpastian cukup tinggi. sebaliknya selera akan semakin meningkat jika tidak ada kondisi ketidakpastian.
aksioma 8 ; berbagi jaringansaling berbagi informasi bisa mengurangi situasi ketidakpastian. sebaliknya, jika tidak ada upaya ini,maka situasi ketidakpastian akan meningkat.