Sambungan ...
Karl Marx (1818 – 1883)
Karl Marx memusatkan perhatiannya untuk menjelaskan perjuangan kelas yang terdapat dalam masyarakat (Rogers, 1994). Tulisannya yang paling terkenal adalah Das Kapital dan Communist Manifesto. Lewat karya – karyanya itu, Marx menjelaskan teori – teorinya tentang perjuangan kelas pekerja, keterasingannya (alienasi) dari pekerjaan mereka, dan kebutuhannya untuk memberontak melawan kaum elit dengan tujuan untuk mengambil kepemilikan atau pengusaan untuk tindakan – tindakannya dan mendapatkan kekuasaan (Rpgers, 1994).
Aliran Marxisme menjelaskan tentang bagaimana caranya kekuatan ekonomi mampu menciptakan perubahan masyarakat, dan kebutuhan untuk menghidupkan system komunis adalah bertujuan untuk mengembalikan kesetaraan dan keadilan dalam system tersebut.
Ketika masih di Harvard, Lippmann telah banyak membaca ide Marx seputar tema komunisme dan memilih untuk mendukung ideology sosialis (Steel, 1999). Lippmann juga bergabung dengan Fabian Society ketika ia masih bersekolah. Kelompok ini berkaitan dengan perjuangan kelas menengah dalam menegakan keadilan social. Berbeda dengan kaum marxis, Fabian tetap percaya dengan kehadiran dan peran dari para elit intelektual. Tema ini hadir dalam tulisan Lippmann (Phantom Public), yang menjelaskan bahwa masyarakat sebenarnya didominasi oleh sedikit dari para elit intelektual, meskipun memang mereka pada dasarnya mengikuti system yang dianut mayoritas.
Marx, meyakini bahwa media massa digunakan sebagai alat oleh kelas social elit untuk mengendalikan masyarakat. Tema ini dapat kita temukan dalam salah satu tulisan Lippmann (Public Oppinion (1922)). Yang menjelaskan bahwa media massa lah yang telah membedakan antara informasi apa yang dapat diakses atau dapat dinikmati dan bagaimana akses yang tersedia itu dapat membentuk opini public. Sisa – sisa pemikiran marxisme dapat ditemukan dalam tulisan Lippmann seperti dalam Public Oppinion dan Phantom Public. Pada tahun 1914, Lippmann sudah tidak lagi menjadi salah satu pendukung sosialisme dalam arti luas. Lebih lanjut lagi, tulisannya Good Society (1936) secara esensial malah memperlihatkan berbagai macam kritik terhadap berbagai teori sosialis yang dulunya pernah ia dukung. Dari titik ini, Lippmann menyebutkan kesalahan – kesalahan dalam teori – teori sosialis; fakta bahwa meskipun dengan menghapuskan kepemilikan pribadi dan mengembangkan kepemilikan public atau umum, orang – orang mungkin tetap tidak akan mengetahui bagaimana caranya mendistribusikan sumber – sumber ini dengan benar tanpa adanya eksploitasi. Lippmann berpendapat bahwa ini merupakan titik yang paling penting dari pendapat kaum sosialis, harapan bahwa eksploitasi, ketidakberdayaan dan antagonisme social akan menghilang dengan adanya kepercayaan terhadap keajaiban dari pemindahtanganan hak milik. Lippmann berhasil melihat hubungan antara orang – orang, lingkungannya dan pemerintahanya. Tema ini dapat ditemukan dalam teorinya, sebagaimana yang telah ia jelaskan tentang bagaimana dan mengapa public menjadi obyek dari manipulasi.
Sigmund Freud (1856-1939)
Selain dari pemikiran Marx, Lippmann juga dipengaruhi oleh pemikir lainnya. Seperti dalam tulisannya mengenai propaganda / komunikasi massa yang dipengaruhi oleh Freud. Pengaruh freud tidak hanya bisa ditemukan dalam kajian Lippmann daja, akan tetapi juga dapat ditemukan dalam beberapa kajian Lippmann kontemporer.
Freud sebenarnya ahli dalam bidang kedokteran yang kemudian dikenal sebagai salah satu ahli dalam bidang teori psikoanalisis (Rogers, 1994). Teori psikoanalisis berhubungan erat dengan bagaimana memahami isi pikiran individu. Freud telah membedakan kesadaran manusia kedalam tiga area penting, yakni tahapan kesadaran, pra – kesadaran dan ketidaksadaran.
Tahapan kesadaran mengandung sesuatu hal dimana kita memahami atau tahu tentang diri kita sendiri, tahap pra kesadaran mengandung sesuatu hal dimana kita dapat menjadi sadar jika memang kita membutuhkannya dan tahap ketidaksadaran mengandung suatu hal dimana kita tidak mengetahui dan memahami tentang diri kita sendiri (Rogers, 1994). Dari ketiga analisis individu tersebut, Freud berhasil memahami perilaku manusia. Keduanya, baik itu teori umumnya tentang psikoanalisis maupun tulisan Freud secara khusus seperti dalam “The Interpretation of dreams”, yang telah menjadi dasar yang sangat penting terhadap para peneliti kajian tentang propaganda. Tulisannya dalam the interpretation of dreams berangkat dari pemahamannya bahwa mimpi – mimpi merupakan bentuk dari pemenuhan kebutuhan atau harapan, ia menggambarkan sebuah keinginan yang tidak disadari yang hanya dapat dicapai ketika tengah tertidur lewat penciptaan mimpi untuk memenuhi kebutuhannya (Levin, 1929).
Lippmann kemudian mengaplikasikan ide ini dalam Public Oppinion (1922). Dalam tulisannya ini, Lippmann menekankan ide tentang “dunia diluar sana dan gambaran yang ada dalam benak kita” (1922: 3). Konsep ini mencakup ide bahwa persepsi seseorang terhadap suatu kejadian atau situasi mungkin tidak sama persis dengan apa yang sebenarnya terjadi dalam lingkungannya. Ide ini telah dipengaruhi oleh tulisan Freud dalam The Interpretation Of Dreams, yang telah digunakan Lippmann untuk mengembangkan bukunya tentang “pseudoenvironment” yang terdapat dalam benak setiap orang (Rogers, 1994: 234).
Karl Marx (1818 – 1883)
Karl Marx memusatkan perhatiannya untuk menjelaskan perjuangan kelas yang terdapat dalam masyarakat (Rogers, 1994). Tulisannya yang paling terkenal adalah Das Kapital dan Communist Manifesto. Lewat karya – karyanya itu, Marx menjelaskan teori – teorinya tentang perjuangan kelas pekerja, keterasingannya (alienasi) dari pekerjaan mereka, dan kebutuhannya untuk memberontak melawan kaum elit dengan tujuan untuk mengambil kepemilikan atau pengusaan untuk tindakan – tindakannya dan mendapatkan kekuasaan (Rpgers, 1994).
Aliran Marxisme menjelaskan tentang bagaimana caranya kekuatan ekonomi mampu menciptakan perubahan masyarakat, dan kebutuhan untuk menghidupkan system komunis adalah bertujuan untuk mengembalikan kesetaraan dan keadilan dalam system tersebut.
Ketika masih di Harvard, Lippmann telah banyak membaca ide Marx seputar tema komunisme dan memilih untuk mendukung ideology sosialis (Steel, 1999). Lippmann juga bergabung dengan Fabian Society ketika ia masih bersekolah. Kelompok ini berkaitan dengan perjuangan kelas menengah dalam menegakan keadilan social. Berbeda dengan kaum marxis, Fabian tetap percaya dengan kehadiran dan peran dari para elit intelektual. Tema ini hadir dalam tulisan Lippmann (Phantom Public), yang menjelaskan bahwa masyarakat sebenarnya didominasi oleh sedikit dari para elit intelektual, meskipun memang mereka pada dasarnya mengikuti system yang dianut mayoritas.
Marx, meyakini bahwa media massa digunakan sebagai alat oleh kelas social elit untuk mengendalikan masyarakat. Tema ini dapat kita temukan dalam salah satu tulisan Lippmann (Public Oppinion (1922)). Yang menjelaskan bahwa media massa lah yang telah membedakan antara informasi apa yang dapat diakses atau dapat dinikmati dan bagaimana akses yang tersedia itu dapat membentuk opini public. Sisa – sisa pemikiran marxisme dapat ditemukan dalam tulisan Lippmann seperti dalam Public Oppinion dan Phantom Public. Pada tahun 1914, Lippmann sudah tidak lagi menjadi salah satu pendukung sosialisme dalam arti luas. Lebih lanjut lagi, tulisannya Good Society (1936) secara esensial malah memperlihatkan berbagai macam kritik terhadap berbagai teori sosialis yang dulunya pernah ia dukung. Dari titik ini, Lippmann menyebutkan kesalahan – kesalahan dalam teori – teori sosialis; fakta bahwa meskipun dengan menghapuskan kepemilikan pribadi dan mengembangkan kepemilikan public atau umum, orang – orang mungkin tetap tidak akan mengetahui bagaimana caranya mendistribusikan sumber – sumber ini dengan benar tanpa adanya eksploitasi. Lippmann berpendapat bahwa ini merupakan titik yang paling penting dari pendapat kaum sosialis, harapan bahwa eksploitasi, ketidakberdayaan dan antagonisme social akan menghilang dengan adanya kepercayaan terhadap keajaiban dari pemindahtanganan hak milik. Lippmann berhasil melihat hubungan antara orang – orang, lingkungannya dan pemerintahanya. Tema ini dapat ditemukan dalam teorinya, sebagaimana yang telah ia jelaskan tentang bagaimana dan mengapa public menjadi obyek dari manipulasi.
Sigmund Freud (1856-1939)
Selain dari pemikiran Marx, Lippmann juga dipengaruhi oleh pemikir lainnya. Seperti dalam tulisannya mengenai propaganda / komunikasi massa yang dipengaruhi oleh Freud. Pengaruh freud tidak hanya bisa ditemukan dalam kajian Lippmann daja, akan tetapi juga dapat ditemukan dalam beberapa kajian Lippmann kontemporer.
Freud sebenarnya ahli dalam bidang kedokteran yang kemudian dikenal sebagai salah satu ahli dalam bidang teori psikoanalisis (Rogers, 1994). Teori psikoanalisis berhubungan erat dengan bagaimana memahami isi pikiran individu. Freud telah membedakan kesadaran manusia kedalam tiga area penting, yakni tahapan kesadaran, pra – kesadaran dan ketidaksadaran.
Tahapan kesadaran mengandung sesuatu hal dimana kita memahami atau tahu tentang diri kita sendiri, tahap pra kesadaran mengandung sesuatu hal dimana kita dapat menjadi sadar jika memang kita membutuhkannya dan tahap ketidaksadaran mengandung suatu hal dimana kita tidak mengetahui dan memahami tentang diri kita sendiri (Rogers, 1994). Dari ketiga analisis individu tersebut, Freud berhasil memahami perilaku manusia. Keduanya, baik itu teori umumnya tentang psikoanalisis maupun tulisan Freud secara khusus seperti dalam “The Interpretation of dreams”, yang telah menjadi dasar yang sangat penting terhadap para peneliti kajian tentang propaganda. Tulisannya dalam the interpretation of dreams berangkat dari pemahamannya bahwa mimpi – mimpi merupakan bentuk dari pemenuhan kebutuhan atau harapan, ia menggambarkan sebuah keinginan yang tidak disadari yang hanya dapat dicapai ketika tengah tertidur lewat penciptaan mimpi untuk memenuhi kebutuhannya (Levin, 1929).
Lippmann kemudian mengaplikasikan ide ini dalam Public Oppinion (1922). Dalam tulisannya ini, Lippmann menekankan ide tentang “dunia diluar sana dan gambaran yang ada dalam benak kita” (1922: 3). Konsep ini mencakup ide bahwa persepsi seseorang terhadap suatu kejadian atau situasi mungkin tidak sama persis dengan apa yang sebenarnya terjadi dalam lingkungannya. Ide ini telah dipengaruhi oleh tulisan Freud dalam The Interpretation Of Dreams, yang telah digunakan Lippmann untuk mengembangkan bukunya tentang “pseudoenvironment” yang terdapat dalam benak setiap orang (Rogers, 1994: 234).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar