PARTNER

Rabu, 06 Mei 2009

Tentang Propaganda I

TENTANG PROPAGANDA
Dalam Kajian Ilmu Komunikasi
Walter Lippman, Harold D Lasswell, Edward Bernays dan Jacques Ellul
Sepanjang perang dunia pertama dan kedua, penelitian – penelitian komunikasi dititik beratkan pada kajian terhadap pengaruh propaganda. Satu pertanyaan penting yang harus dijawab adalah bagaimanakah caranya agar komunikasi bisa menjadi alat untuk menciptakan perubahan perilaku audiens atau masyarakat? Penelitian yang mengkaji wilayah ini kemudian berkembang cepat pada abad ke dua puluh dalam penelitian – penelitan komunikasi. Bagian ini membahas pertanyaan seputar propaganda, dilihat dari sudut pandang seseorang yang disebut – sebut sebagai salah satu pendiri kajian ilmu komunikasi Walter Lippmann.
Walter Lippmann (1889 – 1974)
Walter Lippmann dilahirkan pada tahun 1889 dan menghabiskan sebagian besar masa remajanya untuk mendalami seni seperti melukis dan seni music. Kemudian berpindah ke benua Eropa dan memperoleh banyak ilmu yang diperlihatkan dengan ketertarikannya untuk membaca banyak buku, semuanya dilakukan berdasarkan pada status ekonomi keluarganya yang tergolong mapan (Weingast, 1949). Pada tahun 1906 ia masuk Harvard. Pada masa kuliahnya, Lippmann perlahan – lahan mulai terkenal karena ide – ide cemerlangnya dan intelektualitasnya. Lippmann banyak dipengaruhi oleh para pemikir social pada masa itu seperti misalnya George Santayana, Wiliam James, dan Graham Wallas. Sulit rasanya untuk memhami pemikiran Lippmann sendiri tanpa kita memiliki sebuah pengetahuan tentang sudut pandang yang popular di Harvard. Ia telah banyak dipengaruhi oleh gerakan pragmatis amerika sebagaimana pemikir social dan sosiolog pada masa itu.
William James (1842 – 1910)
Banyak yang mengatakan bahwa James merupakan salah satu pemikir yang paling berpengaruh pada perkembangan pemikiran Lippmann selama ia berada di Harvard. Keduanya pertama kali bertemu saat Lippmann menerbitkan sebuah artikel pada sebuah majalah di kampus Harvard. Artikel Lippmann, ditulis sebagai respon atas buku Barret Wendell’s, yang mengomentari tentang keadilan social. James merasa terkejut dengan artikel yang ditulis Lippmann dengan pendekatan – pendekatan menarik yang ia lakukan. Dari sini James mulai berkenalan dengan Lippmannd dan keduanya mulai menjadi sepasang sahabat. William James mungkins alah seorang yang paling mengerti akan pragmatism. James (1907) mendefinisikan metode pragmatic sebagai “sikap untuk melihat pertama – pertama dari prinsip – prinsip, kategori – kategori, dan kepentingan – kepentingan, dan kemudian melihat jauh kedepan pada akhir sesuatu, konsekuensi – konsekuensi dan akhirnya sampailah pada fakta. Ia menjelaskan bagaimana pragmatism berkaitan erat dengan kebenaran, dan kebenaran dimana dapat di verifikasi. “Ide – ide yang sebenarnya adalah yang dapat kita satukan, validasi, kolaborasi dan verifikasi” (James, 1907: 88). Dalam konteks ini, James berpendapat bahwa untuk memahami dunia maka harus berdasarkan pada bagaimana mempertahankan persepsi signifikan dari pengaruh – pengaruh obyek – obyek yang mengelilingi individu – individu. Meskipun Lippman berangkat dari pragmatism yang dikembangkan dengan caranya sendiri, namun ia mengakui bahwa hal itu banyak dipengaruhi oleh pemikiran – pemikiran James yang ia terapkan dalam kehidupannya sehari – hari. Steel (1999) mengatakan salah satu dari ide – idenya adalah meliorisme atau ide dimana “sesuatu dapat dikembangkan akan tetapi tidak akan pernah mencapai tahap kesempurnaan. Yang lainnya secara praktis mengatakan bahwa hal itu adalah ide dimana seseorang harus mengambil keputusan tanpa merasa khawatir apakah hal itu akan sempurna atau tidak (Steel, 1999: 18).

Tidak ada komentar: