PARTNER

Rabu, 06 Mei 2009

Tentang Propaganda II

Sambungan ....
George Santayana (1863-1952)
Santayana adalah seorang filsuf di Harvard yang kerap mempengaruhi pemikiran – pemikiran Lippmann. Teori Santayana bergelut pada ide seputar esensi obyek – obyek yang didefinisikan oleh Munson (1962) sebagai “datum of intuition. Santayana tertarik untuk mengungkap berbagai macam esensi yang membangun kehidupan manusia: nilai – nilai yang dapat ditemukan dan kemudian dapat diterapkan pada pengalaman – pengalaman manusia (Steel, 1999). Tinjauan ini berbeda dengan teori yang dikembangkan James, yang juga telah di kembangkan oleh Lippmann. Steel (1999) menjelaskan bahwa James menitikberatkan pad ide seputar relativisme moral, atau kemampuan untuk menciptakan kebenaran yang dihasilkan dari penelitian atau observasi. Sedangkan Santayana telah memberikan perhatian serius pada “pencarian untuk menemukan nilai – nilai moral absolute yang dapat di rekonsiliasikan dengan pengalaman – pengalaman manusia (Steel, 1999: 21). Santayana mempengaruhi pemikiran Lippmann kemudian. Berkaitan dengan ide Santayana tentang esensi kemanusiaan dan kehidupan, merupakan idenya tentang bagaimana demokrasi bisa saja merupakan hasil dari tirani mayoritas (Steel, 1999: 21). Ide ini berhubungan dengan tulisan Lippmann selanjutnya dalam Phantom Public (mimpi masyarakat) (1925).
Phantom Public mengkaji masyarakat Amerika dalam system demokratis. Lippmann (1925) dari idenya mendapat kesimpulan bahwa sebagian besar masyarakat atau warga amerika tidak tercerahkan / bodoh khususnya dalam konteks isu – isu public, gampang sekali dimanipulasi menjadi bagian yang tersisihkan dari pihak mayoritas, dan oleh sebab itu, memainkan peranan yang sangat terbatas dalam proses demokrasi. Dalam hubungannya dengan demokrasi. Dalam system demokratis pihak mayoritas sebenarnya ditekan oleh opini yang berasal dari golongan minoritas. Jika Santayana mengatakan bahwa demokrasi adalah merupakan hasil dari tirani mayoritas, maka sebaliknya Lippmann mengatakan bahwa opini public memberikan sedikit pengaruh pada proses demokrasi karena propaganda dan system public telah dikendalikan oleh sedikit elit yang berpendidikan / pintar dan memiliki kekuasaan.
Graham Wallas (1858-1952)
Graham Wallas, adalah salah satu pendiri Fabian Society, salah satu yang juga memberikan pengaruh terhadap pemikiran dan ide Lippmann (Stell, 1999). Pandangan politiknya dapat dilihat dalam bukunya yang bercerita banyak tentang hubungan antara public dan lingkungannya. Wallas (1981) memberikan perhatian serius pada pemahaman public terhadap keadaan sekelilingnya. Ia mengatakan bahwa alam semesta menyajikan kepada public “ suatu sensasi dan memori yang mengalir tanpa akhir, setiap orang yang berbeda satu sama lainnya, dan yang mana sebelumnya, melainkan kita dapat memilih, menyebutkan dan menyederhanakan, kita sebenarnya pasti berada dalam kondisi yang tidak berdaya dan tidak mampu bertindak dan berpikir. Dalam pandangan ini Wallas memperlihatkan bahwa public pada dasarnya tidak mampu untuk menerjemahkan atau memahami lingkungan sekitarnya, rangsangan – rangsangan yang dihadirkan, terlalu banyak atau cukup rumit dalam memberikan modal untuk menghadirkan pemahaman.
Steel (1999) berpendapat bahwa ini merupakan ide Wallas terbesar yang memberikan pengaruh terhadap ide Lippmann khususnya dalam kajian tentang opini public. Dalam kajiannya ini, Lippmann mengambil ide Wallas tentang hubungan antara public dan lingkungan sekitarnya, dan telah mampu untuk memperlihatkan bahwa public sebenarnya tidak mampu untuk mendapatkan cukup pengetahuan dimana hal ini pda dasarnya akan diperlukan untuk memberikan pengaruh terhadap jalannya roda pemerintahan. Sebagai akibat dari interaksinya dengan ide – ide Wallas, Lippman kemudian memiliki kepercayaan kuat terhadap kaum sosialis, yang tidak hanya berasal dari pengalamannya selama di bangku kuliah, akan tetapi juga berasal dari beberapa tulisan Karl Marx.

Tidak ada komentar: