PARTNER

Rabu, 19 September 2007

buku menarik untuk memahami konflik

understanding conflict within a framework of different theories
understanding conflict within a framework of different theories the handbook of conflict resolution : theory and practice (second edition). edited by Morton Deutsch, Petter T. Coleman, and Eric C. Marcus. san francisco : jossey - Bass, a willey imprint.2006.
edisi kedua buku ini telah mengalami tambahan - tambahan kajian dari sekitar 50 orang ahli meliputi ilmuwan, peneliti, dan para profesor. artikel - artikel yang terdapat dalam buku ini membantu anda untuk memahami dan menangani konflik dalam berbagai tingkatan.
edisi kedua buku ini berisi beberapa bahasan Bab yang baru dengan sampul yang mewakiliki berbagai topik yang akan dikaji, meliputi hubungan antara komunikasi dan konflik, kekuatan, bahasa, kepribadian, budaya, dan kreatifitas.
Evelin G. Linder, seorang pendiri manager of human dignity and humilation studies yang bermarkas di universitas columbia, dia yang menulis dalam Bab emosi, mengatakan bahwa hal ini sangat penting untuk memahami bagaimana emosi dapat mempengaruhi konflik dan begitu pula sebaliknya.
emosi mudah dibentuk dan ia juga bersifat adaptif pada pengaruh sosial dan budaya. fungsi utama dari perasaan / emosi yakni sebagai tanda - tanda peringatan kepada seseorang untuk menilai apakah sesuatu itu menguntungkan atau merugikan.
rasa takut VS amarah
sebagai contoh rasa takut dapat menghindarkan seseorang dari terjadinya konflik atau untuk menghindarkan seseorang dari terjadinya sebuah perkelahian. disisi lain, amarah lebih menggambarkan sebuah seperangkat proses mental yang lebih variatif dibandingkan dengan kondisi mental rasa takut.
sebagai contoh, seorang karyawan yang tengah dimarahi manajernya. kemudian dia berreaaksi seolah - olah menantang untuk berkelahi. si karyawan mungkin akan memutuskan untuk mengalah saja dan menghindari konflik yang lebih buruk karena dalam pikirannya jika ia melayani tantangan itu, maka sama saja dengan mengahancurkan karirnya sendiri. maka dari pada dia balik marah, lebih baik dia menghindar saja.
Linder mengatakan bahwa kita harus belajar untuk menggunakan emosi negatif kita untuk digunakan dalam tingkat yang lebih konstruktif dan untuk memelihara emosi positif kita.
pengarang buku ini memberikan sebuah alat untuk mengatur emosi negatif tersebut. salah satunya dengan menggunakan sebuah harapan. strategi "harapan" memungkinkan kita untuk melakukan pertimbangan terus - menerus terhadap kesempatan - kesempatan yang ada dan kekuatan - kekuatan yang dimiliki hingga dapat menemukan solusi yang optimal. Linder menambahkan bahwa "harapan" seharusnya tidak dikacaukan dengan sikap naif dan harapan - harapan kosong.
konflik dan prasangka
carol s dweck seorang profesor psikologi di universitas stanford, dan joyce ehrlinger, posdoktoral di stanford, mengemukakan bahwa prasangka selalu ada dalam situasi konflik.
setuju atau tidak, prasangka lahir dari sebuah perselisihan dan sebelumnya memang prasangka itu sudah ada dan kemudian memberikan andil bagi terciptanya sebuah perselisihan, dan menguatkan prasangkanya terhadap pihak lain, hal ini akan membuat semakin sulit untuk menciptakan sebuah rekonsiliasi.
penulis buku ini mengidentifikasi bahwa terdapat dua buah teori yang bisa dijadikan pedoman untuk memahami kualitas alami seorang manusia. teori yang pertama adalah teori entitas, yang mendasarkan pada kepercayaan bahwa kualitas seorang manusia sudah ditentukan (sisi baik / sifat baik dan tingkat intelengensia). secara sederhana dikatakan bahwa seseorang hanya memiliki dua kemungkinan yakni memiliki kualitas tersebut atau tidak. dan tentu saja kualitas tersebut sudah ditentukan dan tidak dapat diubah atau dikembangkan.
teori lainnya merupakan teori tambahan, teori ini mendasarkan pada kepercayaan bahwa kualits seorang manusia itu dapat ditempa dan dapat dikembangkan, tidak samas dengan teori sebelumnya yang mengatakan bahwa kualitas seorang manusia itu merupakan sebuah bentuk final dari dirinya yang tidak dapat dikembangkan atau diciptakan/ditempa kembali. ini tidak berarti bahwa seseorang akan berubah begitu saja, akan tetapi lebih dari itu bahwa seseorang memiliki kemampuan untuk terus menumbuhkan dan mengembangkan kualitasnya dengan pendidikan dan dengan upaya yang sungguh - sungguh.
teori entitas sering memunculkan adanya stereotype, disaat incremental theory melihat lewat sudut pandang yang lebih dinamis terhadap sisi manusia ; ini membutuhkan pemahaman terhadap kebutuhan - kebutuhan dan tujuan - tujuan manusia, proses - proses berfikir dan budaya.
teori implisit relatif lebih stabil tapi dia juga dapat berubah lewat sebuah intervensi. ketika seseorang berfikir lewat incremental theory, dia akan mampu untuk meminimalisir adanya stereotype dan akan lebih terbuka untuk belajar menangani konflik.


Tidak ada komentar: